Negara India mengharuskan negara modern memproduksi obatnya di India, dengan tujuan agar harga obat terjangkau oleh rakyatnya yang masih miskin secara rata-rata.
Kata sobat saya seorang dokter:
-di Indonesia: pasien itu bukan end user, end user itu dokter.
Kalau kita makan di restoran, kita sebagai end user bebas memilih : menu, porsi, variasi lauk, dst.
Kalau kita sakit, dokter yang menentukan:
- obatnya apa, mestinya obatnya X dan Y, ehh ditambahi Z, dan K
- jumlahnya mestinya masing2 20 pil, ehh ditambahi menjadi 40 pil
Ini yang sulit bahkan tak bisa diatur di Indonesia, karena pabrik obat boleh dikata "menguasai" dokter dengan banyak kemudahan: voucher hotel, voucher kuliner, darmawisata ke LN, pembiayaan seminar, hadiah2 spesial tertentu, dst. Tentu saja semuanya dibebankan pada pasien, sehingga harga obat melambung tinggi, dan ongkos menginap di RS bisa mencekik pasien.
Saya ingin menanyakan kepada anda yang mengetahui dan punya hati nurani, bagaimana cara mengatasi masalah ini? Dapatkah di regulasi dengan ASKES? Dapatkah dengan obat tradisional?
Apakah di Fak Kedokteran perlu diberikan pendidikan budi pekerti yang lebih dalam?
Salam keprihatinan.
Vindandy di Malang